Mempertanyakan Keperawanan?


Usulan tes kegadisan dikemukakan oleh Anggota DPRD Provinsi Jambi Bambang Bayu Suseno. Saat
dihubungi, Bambang menyatakan, ini merupakan
usulan pribadi untuk dibahas secara nasional. Dia berharap, jika usulan ini disetujui, akan tertuang
dalam bentuk undang-undang. "Ini usulan pribadi
saya, bukan fraksi," ujar pria dari Fraksi Amanat Nasional ini.
Bambang melanjutkan, saat ini ada kesalahan persepsi di masyarakat, yaitu bahwa setiap siswi harus menjalani tes fisik sebelum masuk sekolah untuk mengetahui dirinya masih perawan atau tidak. "Yang saya maksudkan bukan tes fisik, tapi bentuk konseling. Siswa perempuan pasti malu bercerita kepada
orang tuanya. Mereka akan lebih terbuka terbuka psikolog yang memahami jiwa anak," ujarnya. Bambang menjelaskan, sebelum masuk sekolah, setiap siswa yang diketahui tidak perawan akan mendapatkan konseling dari psikolog atau agamawan. Wacana mengenai tes kegadisan ini, menurut Bambang, merupakan hal biasa. Sejumlah institusi pendidikan seperti sekolah militer, setiap calon siswa malahan diwajibkan untuk
menjalani tes fisik kegadisan. Tes kegadisan perlu dilaksanakan pada tingkat sekolah menengah pertama, mengingat berdasarkan data saat ini terdapat 62 persen siswa perempuan di tingkat SMP tidak lagi perawan.(Kompas.com)

Saya hanya ikut berkomentar tak beda dengan tukang bakso tukang ronsok dan tukang - tukang lainnya, bahwa ini adalah kesewenang - wenangan, sekarepe dewek dan pembukaan aib orang lain secara halus sekaligus kasar. Andaikan adik - adik saya sudah enggak perawan" tapi mereka tidak menerima resiko hamil dalam hal ini mereka sebenarnya tidak mau (enggak perawan dini) namun mereka masih ingin untuk mengejar cita - citanya dengan adanya peraturan tes keperawanan sebelum masuk sekolah secara otomatis keinginan mereka terhambat, bahkan mandek. Bagaimana dengan Negara ini yang memiliki tujuan mencerdaskan bangsa, saya rasa tidak mungkin tercapai, seorang Lonte saja punya hak untuk memperoleh pendidikan".

Tentang keperawanan atau tidak perawannya seorang wainta secara fisik setahu saya selaput dara vagina robek dikarenakan berhubungan intim(melakukan sex), benda selain penis masuk tanpa sengaja (jari, pena dll) dan kecelakan aktifitas seperti jatuh dll. Untuk itu rancangan atau ide gila ini lebih banyak mudaratnya kurang tepat jika dilaksanakan. Dari pendengaran saya mendengarkan ucapan warga sekitar "ini hanya berlaku di SMA Negeri." wow ini lebih gila lagi citra sekolah swasta bisa terancam., bagaimana tidak jika ide gila salah satu anggota DPRD tempat saya bekerja ini dilakukan bakal ada istilah baru untuk dunia pendidikan bukan lagi SMAN bisa jadi SMU Virgin/ SMU Perawan 1 Kota Jambi untuk swastannya SMA Lonthe/ SMA Jablay/ SMA Tidak Perawan 1 Kota Jambi dan Om OM perayu Pejabat pejabat Cabul akan lebih suka nongkrong di SMA Negeri.

Wanita sebagai objek adalah anugrah yang sudah ditakdirkan keindahannya. Saya beruntung sebagai cowok karena tidak adanya tes keperjakaan dan tidak pernah mendengar ulasan pasti tentang tanda - tanda seorang pria tidak perjaka. Para ABG/anak gadis Under Before" yang sudah melakuakan hubungan sex sebelum menikah(masih dalam kondisi sekolah) menurut saya bukan 100% salah mereka, pendidikan moral di lingkungan keluarga, pendidikan agama, dan keterpaksaan karena ekonomi(yang ini tidak bisa jadi alasan sebenarnya) yang pasti tugas dari orang tua masing - masing untuk mendidik, jika pendidikan sex(berhubungan dengan kegadisan) sampai sekolah formal yang melakukan berarti keluarga Indonesia adalah keluarga yang gagal keluarga indonesia hanya bisa membuat anak.

Mudah - mudahan dengan adanya wacana ngacau ini kita sadar akan pentingnya pendidikan dasar di lingkungan keluarga, pendidikan horisontal dan vertikal. Dalam kasus ini sisi postifnya adalah budaya malu akan ada pada masing - masing individu.
Andaikan saja semua gadis belia bersikukuh tidak mau di ajak berhubungan sex(sebelum menikah) dengan pria pasanganya lebih susah membedakan pria yang tidak perjaka.. hehehehe  *maaf kalimat yang terakhir ini ngacau.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar:
Tes Keperawanan di Jambi Diskriminatif Gender
Alih-alih mengadakan tes keperawanan, menurut Linda lebih tepat jika tindakan preventif yang diterapkan. “Seharusnya, bagaimana membentuk moral dan karakter anak-anak itu,” kata dia.
“Di situ ada diskriminasi gender. Kenapa hanya anak perempuan yang dites? Kenapa laki-laki enggak? Padahal kan dia jadi nggak perawan juga nggak sendiri, kan?”  kata Linda di Jakarta, Selasa 28 September 2010. 
 Share |
 

Postingan Populer