Ma'af, Telinga Setebal Tembok

Tak peduli bisikan, terus saja mendengar mereka walau kadang alirannya menyengat ulu hati. Mencoba untuk mengerti suara bising jalanan sekedar penawar. Mendengarnya saja kadang bikin tuli namun ulu hati ini masih cukup mampu menampung. Cukupkan saja telinga ini dari kebengkakan dengan tidak berkompromi dengan rasa, terkadang otot ini ingin naik menikam. Kau tahu suara yang membengkakan terkadang indah dengarkanla dengan rasa. Tidak pernah menarik alat ukur tukang batu ketebalan ini sudah cukup berasa, dari ujung liang hingga cuping tertipis. Mencari makna apa yang telingaku cicip, tak ada manis tak ada juga getir datar begitu saja. Mengangguk itu yang diisyaratkan telinga, derap langkah sering kali membelokan. Biarlah dan sudahlah, tak perlu direnungkan ketebalan ini adalah awal dari sesuatu yang tak pernah berujung.

Postingan Populer