Gempa Sumatera Barat- Indonesia



Sudah lebih dari 2000 jiwa hingga saat ini korban gempa Sumatra Barat,belum lagi gempa di Sungai Penuh Jambi(Kerinci)yang terjadi karena efek dari gempa Sumatra Barat.Banyak cerita tragis yang memilukan dari kekuatan 7,6 skala righter.Tak seharusnya kita menginginkan cerita(kejadian)seperti ini teruus berulang.Beberapa saat lalu belum Genap 1 bulan Jawa Barat Terguncang gempa yang terasakan hingga jakarta dan sebagian jawa tengah..Seharusnya saya bercerita tentang indahnya Lebaran kemarin tapi malu rasanya bahagia di atas penderitaan orang lain..

Saya mengutip sebagian cerita dari PORTAL KOMPAS.COM

Sabtu, 3 Oktober 2009 | 20:31 WIB
PADANG, KOMPAS.com - Sedikitnya 300 orang terkubur longsoran tanah di dua desa yang berada di lembah Gunung Tigo, Kabupaten Padang Pariaman. Evakuasi terhadap korban yang tertimbun tanah longsor akibat gempa bumi berjalan lambat karena hanya satu alat berat yang tersedia.Jumlah korban terkubur tercatat paling banyak di Korong atau Dusun Lubuk Laweh, Nagari Tandikat, Kecamatan Patamuan. Data Satkorlak Kabupaten Padang Pariaman menyebut, mereka yang tertimbun di Lubuk Laweh sebanyak 130 orang dan baru ditemukan 17 orang. Sedangkan di Korong Cumanak terdapat sedikitnya 69 orang yang tertimbun dan baru ditemukan tujuh orang, sementara di Korong Pulau Air, warga yang terkubur sedikitnya 43 orang, yang ditemukan empat orang . Cumanak dan Pulau Air berada di Kanagarian Tandikat. Ketiga Korong ini tepat berada di bawah kaki bukit yang oleh penduduk setempat disebut Gunung Tigo.
Lokasi tanah longsor lainnya terjadi di sisi Gunung Tigo lainnya, yakni di Korong Padang Alai, Gunung dan Kayu Angek. Ketiganya berada di Kanagarian Padang Alai, Kecamatan V Koto Timur, Kabupaten Padang Pariaman. Jumlah warga yang terkubur akibat longsoran tanah di ketiga korong ini mencapai 54 orang dan baru ditemukan 18 orang.
Catatan jumlah warga yang terkubur tanah longsor di lembah Gunung Tigo ini belum termasuk total jumlah warga yang meninggal dunia di wilayah Kabupaten Padang Pariaman. Hingga Sabtu pukul 09.00, jumlah warga yang meninggal di Padang Pariaman akibat ge mpa sebanyak 237 orang.
Proses evakuasi menggunakan alat berat baru bisa dilakukan hari Sabtu pagi, atau tiga hari sejak gempa bumi terjadi. Satu-satunya alat berat yang berada di dekat lokasi yakni eskavator milik Batalyon Zeni Tempur 2/PS Payakumbuh. Hingga Sabtu sore, eskavator tersebut belum dapat memasuki wilayah Korong Pulau Air, yang berada paling depan di antara ketiga korong yang tertimpa tanah longsor.
"Kami butuh sedikitnya lima eskavator jika ingin mengevakuasi korban yang tertimpa longsoran ta nah. Kalau hanya satu eskavator, untuk membuat jalan ke lokasi bencana saja butuh waktu dua hari," ujar operator eskavator, Prajurit Satu S Poernomo.
Warga yang selamat dari ketiga korong merasa geram dengan lambatnya tindakan pemerintah melakukan evakuasi. Sudah tiga hari, baru satu eskavator yang masuk ke sini. Sementara di Padang semua alat berat digunakan, ujar Novaldi yang kehilangan ibu, dua adik perempuan dan dua keponakannya.
Lokasi tanah longsor di Kanagarian Tandikat, Sab tu sore ramai dikunjungi orang, baik mereka yang mencari kerabatnya, maupun yang hanya penasaran melihat kedahsyatan tanah longsor di kaki Gunung Tigo. Setia p hari saya datang ke sini, untuk memastikan jenazah istri dan tiga anak saya ditemukan, ujar Azuardi, warga Korong Lubuk Laweh.
Bencana tanah longsor akibat gempa di Gunung Tigo memang baru mendapat perhatian serius pada hari kedua setelah bencana. Pada hari pertama pascagempa, hanya 10 orang tim SAR dari Pekanbaru yang masuk ke lokasi. Mereka tak membawa satu pun alat berat.
Pencarian terpaksa dilakukan secara manual. Dan kalau seperti ini terus, tak mungkin kami bisa mengevakuasi mereka yang tertimbun tanah, ujar Ketua PMI Padang Panjang Barat Topan, yang ikut mengordinir proses evakuasi. 
42 Jam Berusaha Tidak Tertidur, Sari Akhirnya Selamat
KOMPAS.com- Sejak awal Ratna Kurnia Sari (18) sudah bertekad untuk hidup. Meski dia sangat sadar bahwa kematian sudah sangat dekat dengan dirinya. Namun Sari bertekad menyenangkan kedua orangtuanya, karena itu itu dia tidak mau mati.
"Bahkan saya tidak pernah tidur. Saya takut kalau saya tertidur saya akan mati. Karena saya saat itu sudah merasa ada yang akan membawa. Makanya saya berusaha untuk terus terjaga," ujar Sari yang ditemui di Ruang Perawatan 1B Rumah Sakit Tentara Reksodiwiryo, Jalan Proklamasi, Jumat (2/10).

Sari bisa dibilang mendapatkan keajaiban. Dia menjadi satu korban selamat dari reruntuhan bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Prayoga di Jalan Veteran, Padang. Selain dia, dosennya bernama Suci Revika Wulan Sari (25) juga selamat. Namun Sari berhasil dikeluarkan lebih dulu dari balik reruntuhan.

Sari berhasil dievakuasi petugas penyelamat sekitar pukul 11.30 WIB. Bersama Suci dan empat rekan satu kuliahnya, Sari terjebak di bawah tangga menuju ke lantai tiga Kampus STBA Prayoga. Sebelumnya, Sari yang tercatat sebagai mahasiswa Semester 3 Jurusan Sastra Inggris, sedang mengikuti perkuliahan Listening 3, di ruang kelas yang berada di Lantai III.

Ketika gempa mengguncang, satu kelas yang berisi 25 orang mahasiswa plus Suci yang menjadi dosen, langsung berhamburan menuju tangga turun. Sari sendiri bersama Suci dan empat rekannya, merupakan kelompok yang terakhir turun. Setibanya di lantai dua, tiba-tiba tangga beton yang barusan mereka lewati ambruk menimpa mereka.

"Waktu itu semuanya panik. Saya juga panik dan ingin cepat turun. Tapi karena semua berebut ingin duluan, kami akhirnya jadi kelompok yang terakhir turun," ujarnya menceritakan kembali situasi yang dialami saat gempa berlangsung.

Reruntuhan tangga beton itu langsung membuat mereka luka berat. Listrikpun tiba-tiba mati, sehingga ruangan menjadi gelap gulita. "Waktu itu saya tidak tahu apa teman-teman saya masih hidup atau tidak, karena gelap. Hanya saya bisa mendengar suara Ibu Suci merintih kesakitan ada di dekat saya," ujarnya.

Beton-beton itu menghimpit keras, karena mendapat tekanan berat dari lantai empat yang juga ikut runtuh. Sari sendiri merasakan kakinya terhimpit benda berat di bagian lutut ke bawah, sehingga tidak bisa digerakkan. Sedangkan di bagian pahanya, dia merasakan ada satu tubuh temannya yang terbaring tak bergerak.

"Saat itu saya tidak merasakan sakit. Yang ada hanya cemas dan rasa takut mati. Saat itu pula saya langsung bertekad tidak boleh mati. Saya harus hidup," tuturnya.

Sari berada di balik reruntuhan selama lebih kurang 42 jam. Selama itu pula, dia menguatkan diri untuk tetap hidup meski tidak ada makan dan minum. Sari mengaku tidak pernah putus harpaan. Dia yakin akan ada tim penyelamat yang datang mengevakuasi mereka. Inilah yang membuatnya cukup berbesar hati dan yakin tidak akan mati.

"Rabu tengah malam itu saya mulai yakin kalau teman-teman saya yang lain meninggal, karena mereka tidak lagi ada yang bersuara, bahkan tidak lagi ada yang bergerak. Termasuk sosok yang terbaring di atas paha saya, tidak bergerak lagi dan terasa dingin. Hanya Ibu Suci yang kadang-kadang masih saya dengar ada gerakannya sedikit-sedikit. Berarti Ibu Suci masih hidup," katanya.

Meski tidak ada makan dan minum, namun harapan Sari untuk hidup menjadi makin besar, ketika dia mendengar suara ketukan-ketukan pada reruntuhan bangunan yang menimpa mereka. Sari sadar bahwa ketukan itu berasal dari tim penyelamat yang berusaha menggali reruntuhan. Karena itu pula, dia berusaha untuk tetap menjaga matanya agar tidak tertidur.

"Sebenarnya saat itu saya ingin sekali tidur. Rasanya akan sangat nyaman kalau tertidur. Tapi saya tahu saya akan mati kalau sampai tertidur. Makanya saya juga selalu mengingatkan Ibu Suci agar tidak tertidur. Saya selalu bilang 'Bu, jangan tidur' atau dia saya panggil-panggil terus dalam jangka waktu tertentu supaya jangan sampai tertidur. Saya ingin selamat, dan saya juga tidak ingin Ibu Suci yang saya tahu masih hidup akhirnya mati seperti teman-teman saya," tuturnya.

Sari mengaku tidak pernah kehilangan semangat untuk tetap bertahan hidup, karena dia sadar tim penyelamat akan bekerja ekstra keras untuk mengeluarkan mereka dari balik reruntuhan. Dan harapan itu akhirnya menjadi kenyataan, ketika Jumat (2/10) pagi, sebuah lubang menganga di bagian atasnya yang dibuat tim penyelamat. Meski belum bisa dikeluarkan dari balik reruntuhan karena beton yang menghimpitnya sangat berat dan besar, namun sudah ada anggota TNI yang mengevakuasi yang bisa berkomunikasi dengannya melalui lubang tersebut.

"Waktu saya melihat cahaya masuk tanda ada lubang yang terbuka, saya langsung coba teriak minta tolong walau sudah tidak kuat lagi untuk berteriak. Tapi ternyata suara saya terdengar, karena saya kemudian mendengar ada orang yang berteriak 'ada yang masih hidup' di atas lubang," kenangnya.

Ketika lubang diperbesar, akhirnya tim penyelamat bisa berkomunikasi dengannya, walau belum bisa dikeluarkan dari balik himpitan semen beton. Seorang petugas penyelamat langsung menanyakan namanya. Setelah menyebutkan nama, Sari pun langsung minta air minum dan roti.

"Saya lapar dan haus sekali. Makanya begitu ada yang menemukan saya, langsung saja minta air sama roti," ujar Sari dengan wajah ceria, sambil terbaring di ranjang rumah sakit.

Setelah mengetahui indentitasnya, tim evakuasi langsung mengumumkan kepada warga yang berkerumun, dan meminta keluarganya datang ke lubang untuk berkomunikasi dengan Sari. Saat itu, orangtua laki-laki Sari langsung maju dan mendekati lubang. Saat itu, Sari kembali mengajukan permintaan roti dan air minum.

"Saat itu rasanya saya benar-benar dapat mukjizat karena ternyata Sari masih hidup di balik reruntuhan itu. Saya langsung minta keluarga yang lain mencarikan roti dan air minum. Karena Sari minta saya untuk tidak jauh-jauh darinya," ujar ayah Sari, Sofyan Virgo (62) yang ditemui saat menemani anaknya di RST Reksowidiryo Padang, Jumat (2/10) sore kemarin.

Sofyan yang tinggal di Jalan Kampung Nias III Nomor 4 C ini mengaku, sebenarnya saat itu dia sudah tidak berharap banyak anaknya itu akan selamat, mengingat reruntuhan bangunan yang kehancurannya begitu parah. "Saya sebenarnya sudah pasrah dan tidak berharap banyak. Lihat saja, bangunan empat lantai jadi satu, dan anak saya ada di dalamnya. Makanya ini benar-benar mukjizat," tuturnya dengan wajah berbinar bahagia.

Sementara Kiki (54), tante Sari yang juga ikut menemani di rumah sakit, menyebut Sari merupakan anak yang kuat dan selalu ceria. "Lihat saja, walau baru saja berhasil dievakuasi, ternyata dia masih tetap ceria, masih tetap cerewet dan banyak cerita," ujarnya tersenyum.

Bahkan Sari tetap ceria, ketika dokter yang merawatnya menyarankan untuk mengamputasi kaki kanannya yang cedera berat akibat terhimpit beton dalam waktu cukup lama. Kaki kananya di bagian betis terlihat sedikit menciut, dan belum bisa digerakkan.
Menurut Sofyan menirukan penuturan dokter yang merawat, darah di kaki Sari sudah membeku karena terlalu lama terhimpit, sehingga bisa mengakibatkan kondisi yang lebih buruk. Namun dokter juga mengatakan, opsi amputasi bisa dihindari jika keluarganya bisa mendapatkan obat pengencer darah, sehingga darah beku yang ada di kakinya bisa mencair dan darah kembali mengalir normal.

"Tidak mungkin dia diamputasi, apalagi dia anak perempuan. Bahkan kata dokter, bisa saja kedua kakinya yang diamputasi karena kondisi kedua kakinya tidak jauh berbeda. Makanya sekarang kami sedang berusaha mencari obat pengencer darah itu," ujar Sofyan.

Sari memang bisa dibilang sangat beruntung. Karena sampai sekitar pukul 18.00 WIB kemarin, Suci, dosennya yang sama-sama terkubur di balik reruntuhan baru bisa dikeluarkan dari balik reruntuhan sekitar pukul 17.00 WIB. Sama dengan Sari, Suci juga dilarikan ke RS Tentara Padang.

Hanya saja, petugas penyelamat berusaha menguatkan hatinya, dengan terus mengajaknya berkomunikasi. Bahkan anggota TNI sengaja membawa radio komunikasi (HT) ke balik reruntuhan, agar Suci bisa berkomunikasi dengan orangtua dan suaminya yang selalu setia menunggu di luar. Tim penyelamat sendiri memang memprioritaskan mengeluarkan Suci yang masih hidup, agar bisa segera mendapatkan perawatan medis.
Saya atas nama pribadi amat sangat berbela sungkawa,semoga korban-korban gempa mendapat tempat yang layak disisi TUHAN YME dan kerabat yang ditinggalkan bertabah hati dan jangan menyerah.

3 komentar:

  1. tiada henti2nya negara kita ini diterpa bencana...
    alam seakan sudah enggan bersahabat dengan kita...
    seakan murka dengan negara kita...

    go green...
    mari jadikan segala bencana alam yang kita hadapi ini sebagai langkah awal kita untuk menjaga alam kita dengan hati...
    mari kita rawat serta kita lestarikan penghijauan...
    mungkin alam murka kepada kita yang selalu menyianyiakanya..

    jangan kita menyerah dan lemah karena musibah ini...
    mari kita bangkit dan membangun alam ini dengan hati...

    semoga para korban dapat diberikan kesabaran serta kelapang dadaan dalam menghadapi musibah ini...
    Rumah Murah

    BalasHapus
  2. sangat tragis mendengar berita gempa ini,,kenapa ya negara kita yang tercinta ini selalu menerima azab alam??apakah ini suatu peringatan dari Atas?? hanya Tuhan Yang Maha Esa yang Lebih Tahu,,mas mohon beri komentar ya di blog aku,,tapi make bahasa inggris..hehehe..hehe.. cukup kalimat "good post" atau "nice post" udah cukup kok,,makasih banyak ya,,kutunggu comentarnya

    BalasHapus
  3. Semoga yang meninggal ditempatkan di sisi-Nya yang mulia, yang ditinggalkan dapat ketabahan, serta menjadi pelajaran bagi yang lain.

    BalasHapus

Postingan Populer